Pernahkah kita membayangkan bahwa
pada satu masa yang panjang, kaum Muslim di seluruh dunia pernah bersatu
padu dalam satu ummat? Pada kenyataannya ummat Muslim memang pernah
bersatu dalam kurun waktu sekitar 1300 tahun lamanya. Bermula dari
kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw pada 622 M di Madinah dan berakhir
pada Kekhilafahan Utsmaniyyah tahun 1924 M di Turki.
Terbayangkah kita bagaimana kekuatan
ummat Muslim saat mereka bersatu? Allah limpahkan berkah pada mereka dan
kebaikan dunia-akhirat, kekuatann yang tiada bandingannya dan
kehormatan serta kemuliaan, disegani lawan dan disukai kawan. Dengan
pemimpin yang satu, kepemimpinan yang satu, bendera yang satu | aturan
yang satu, rasa yang satu, dan komando yang satu
Masa-masa bersatunya kaum Muslim itulah
masanya Khilafah Islam mewujud, dengan Khalifah sebagai pemimpin yang
melindungi ummat Muslim. Pada masa itu darah dan kehormatan kaum Muslim
dilindungi oleh Khalifah, begitupun dengan darah dan harta kaum kafir
dzimmi didalamnya (kaum kafir yang damai yang hidup di negara Islam,
mereka membayar jizyah dan tunduk pada aturan syariah Islam)
Bahkan saat Khilafah sedang berada dalam
kondisi lemah karena konflik internal-eksternal yang tak kunjung usai,
tetap saja Khalifah yang saat itu dijuluki “Sick-Man of Europe”
masih punya taji dan kekuatan. Misalnya, pada 1889 seorang penulis
drama asal Prancis Henri de Bornier berencana mementaskan drama yang
bertajuk “Muhammad atau Kefanatikan” yang isinya menghina Nabi Muhammad
saw.
Saat berita itu sampai kepada Khalifah,
maka Khalifah Abdul Hamid II melalui duta di Paris pada saat itu Es’at
Pasha, segera meminta agar drama tendensius itu dibatalkan pementasannya
karena hal itu menyakiti perasaan ummat Muslim. Setelah keberatan dan
protes dari Khalifah diberitahukan, Perdana Menteru Prancis Charles de
Freycinet melarang pementasan drama itu di Prancis pada 1890
Dilarang di Prancis, Henri de Bornier
tidak kehabisan akal lalu berencana mementaskan drama yang sama di
Inggris. Maka, sekali lagi Khalifah meminta pemerintah Inggris agar
melarangnya, dan memberitahukan bahwa Prancis pun sudah melarang
pementasan yang sama karena drama itu adalah penghinaan bagi Nabi
Muhammad saw.
Diluar dugaan Khalifah, Inggris
menolaknya dengan alasan tiket-tiket telah dijual dan pembatalan itu
bertentangan dengan prinsip kebebasan berekspresi (freedom of act and
speech) yang diyakininya
Mendengar jawaban itu Khalifah Abdul
Hamid II lalu menyampaikan pada pemerintah Inggris bila tetap bersikeras
atas pernyatannya. Khalifah Abdul Hamid II lalu berucap
“saya akan mengeluarkan perintah
kepada umat Islam dengan mengumumkankan bahwa Inggris sedang menyerang
dan menghina Rasulullah kami! saya akan kobarkan Jihad Al-Akbar”
Dengan ancaman itu Inggris pun serta
merta membatalkan niatnya mementaskan drama besutan Bornier. Begitulah
kesatuan Muslim dalam Khilafah dapat menjaga kehormatan mereka.
Clifford Edmund Bosworth, seorang
orientalis dan sejarawan asal Inggris pada 1970 berkomentar tentang hal
ini dalam bukunya “A Dramatisation of the Prophet Muhammad’s Life: Henri
de Bornier’s Mahomet’” halaman 116
“Since Bornier’s time, no major European dramatist seems to have essayed a play on the life of the Prophet”
Beginilah pemimpin seharusnya
melindungi kehormatan ummat Muslim, tidak seperti sekarang saat
pemimpin-pemimpin kaum Muslim banyak diam dan tak berbuat apapun saat
penghinaan pada Nabi begitu marak
Khalifah Abdul Hamid II yang memimpin
Khilafah adalah Khalifah terakhir, namun walaupun dalam kondisi yang
sangat lemah, Khilafah tetap disegani bangsa Eropa. Ini membuktikan
bahwa pemimpin yang amanah yaitu Khalifah, hanya akan bersinar dalam
sistem yang amanah yaitu Khilafah.
Khalifah adalah pemimpin kaum Muslim
yang bertindak berdasarkan Islam, seorang pemimpin bagi kaum Muslim
seluruh dunia yang berdasar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
Kita pahami bahwa Rasulullah
meninggalkan pada kita 2 hal yang kita takkan tersesat bila kita
berpegang teguh pada keduanya, dan 2 hal itu adalah Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Maka harusnya Al-Qur’an tidak hanya dijadikan panduan bagi
pemimpin semata, tapi juga jadi panduan dalam sistem kepemimpinan kaum
Muslim. Hanya dengan pemimpin amanah yaitu Khalifah dan sistem
kepemimpinan amanah yakni Khilafah kehormatan kaum Muslim akan terjaga
mulia
Kabar baiknya, Rasulullah mengabarkan bahwa Khilafah dan Khalifah yang berdasar manhaj kenabian ini akan bangkit sekali lagi
“adalah Kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah, lalu Allah mengangkatnya bila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian, yang ada atas kehendak Allah, lalu Allah mengangkatnya bila Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang menggigit, yang ada atas kehendak Allah, lalu Allah mengangkatnya bila Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang memaksa (diktator), yang ada atas kehendak Allah, lalu Allah mengangkatnya, bila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian. Kemudian beliau (Nabi) diam”
(HR Ahmad)
(HR Ahmad)
Maka bagi kitalah diamanahkan dan
diberikan kehormatan perjuangan ini, yaitu akan kembalinya Khilafah yang
menaungi ummat Muslim. Khilafah adalah sistem kepemimpinan Islam yang
amanah, yang hanya membolehkan pemimpin beriman amanah yang memimpin,
tidak selainnya. Dengan sistem kepemimpinan Khilafah inilah, Khalifah
akan menerapkan syariah bagi seluruh ummat. Dengan itu insyaAllah
keberkahan bagi semuanya.
Untuk diskusi dan info lebih lanjut, silakan dapatkan di buku Khilafah* tulisan @felixsiauw atau follow akun @bukukhilafah
buku-buku @felixsiauw bisa ke Gramedia atau pesan online di alfatihbookstore.com atau ke pages Facebook alfatihbookstore
akhukum,
@felixsiauw
@felixsiauw
Sumber: http://felixsiauw.com/home/khilafah-yang-menyatukan-khalifah-yang-melindungi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar