B. Etika Posting dan Bersikap
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa internet adalah termasuk media tercepat dan termurah untuk menyebarkan informasi. Dalam satu kali klik, seluruh indonesia dapat mengakses informasi yang kita berikan. Dan hal ini tentu saja menimbulkan dua kemungkinan, yaitu menjadi potensi yang sangat baik atau menjadi potensi yang sangat buruk. Oleh karena itu, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan internet sebagai sarana penyebaran informasi.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa internet adalah termasuk media tercepat dan termurah untuk menyebarkan informasi. Dalam satu kali klik, seluruh indonesia dapat mengakses informasi yang kita berikan. Dan hal ini tentu saja menimbulkan dua kemungkinan, yaitu menjadi potensi yang sangat baik atau menjadi potensi yang sangat buruk. Oleh karena itu, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan internet sebagai sarana penyebaran informasi.
1. Hendaknya informasi yang kita kirimkan adalah yang benar, dibutuhkan dan untuk umum
Ada banyak informasi yang ada disekeliling kita, sebagian informasi tersebut ada yang benar, meragukan atau salah sama sekali. Seorang yang mendakwahkan Islam harusnya memberikan informasi ketika dia telah memastikan kebenaran informasi ini, dan tidak menyampaikan informasi yang belum jelas kebenarannya sehingga akan mengundang mudharat. Bila perlu, ia mencantumkan sumber dan link yang bisa dibuka untuk informasi-informasi yang sensitif. Sehingga dengan adanya hal seperti ini kita terhindar daripada fitnah dan menggunjing, serta merugikan orang/kelompok lain. Allah berfirman:
Ada banyak informasi yang ada disekeliling kita, sebagian informasi tersebut ada yang benar, meragukan atau salah sama sekali. Seorang yang mendakwahkan Islam harusnya memberikan informasi ketika dia telah memastikan kebenaran informasi ini, dan tidak menyampaikan informasi yang belum jelas kebenarannya sehingga akan mengundang mudharat. Bila perlu, ia mencantumkan sumber dan link yang bisa dibuka untuk informasi-informasi yang sensitif. Sehingga dengan adanya hal seperti ini kita terhindar daripada fitnah dan menggunjing, serta merugikan orang/kelompok lain. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا
فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS al-Hujuraat [49]: 6)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS al-Hujuraat [49]: 6)
Setelah kita memastikan kebenaran berita itu, maka hal yang harus
kita pikirkan adalah “apakah informasi ini dibutuhkan?”. Karena ada
informasi yang tidak dibutuhkan tetapi terkadang tetap diposting dan
disampaikan. Hal seperti ini akan membuang waktu dan bisa jadi menyulut
masalah yang lain. Di facebook sering kita lihat sindrom semacam ini,
seolah-olah update status menjadi sesuatu yang wajib.
“Lagi melihat matahari terbit..”, lalu 5 menit lagi “Tidur lagi
ah..”, terus 1 jam berikutnya “saatnya pergi ke kampus”, 30 menit lagi
“ada pengemis di jalan, kesian banget deh..”, nggak lama kemudian “BRB,
pergi ke neraka dulu..”. Ada juga yang sibuk mengirimkan ucapan selamat,
hug, smile, kiss, love yang nggak penting seperti “Please accept this
smile — I got it just for you!”, atau “I got you a special ♥heart!” dan
lain-lain
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَاسَمِعَ
Cukuplah bagi seseorang berbuat dosa dengan menceritakan setiap apa yang didengarnya (HR. Muslim)
Cukuplah bagi seseorang berbuat dosa dengan menceritakan setiap apa yang didengarnya (HR. Muslim)
Selanjutnya, kita juga harus membedakan informasi mana yang hanya
menjadi konsumsi internal dan informasi mana yang boleh menjadi konsumsi
publik. Kehati-hatian seharusnya menjadi asas seseorang dalam
menyampaikan informasi. Karena apabila informasi yang seharusnya menjadi
konsumsi internal ternyata bisa diakses juga oleh publik, maka ini
menjadi sesuatu yang sangat merugikan, bahkan sampai kepada tingkatan
haram untuk menyebarkan informasi yang seharusnya tidak boleh
disebarkan.
Kisah Hatib bin Abi Balta’ah dapat kita jadikan contoh. Ketika
Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk merahasiakan tentang rencana
futuh makkah. Hatib yang tidak memiliki saudara yang dapat melindungi
harta dan kerabatnya akhirnya tergoda untuk menuliskan surat
(menyampaikan informasi) yang harusnya tidak disampaikannya. Walaupun
akhirnya Allah dan Rasulullah memaafkan tindakan Hatib yang lalai, tetap
saja rasulullah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk mencegat
perempuan yang membawa surat Hatib kepada penguasa makkah agar jangan
sampai rahasia itu jatuh kepada orang yang tidak berhak mengetahuinya.
Rasulullah juga menyampaikan:
إِذَا حَدَّثَ الَّرجُلُ بِاْلحَدِيْثِ ثُمَّ اْلتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
“Bilamana seorang membicarakan sesuatu kemudian dia menoleh kepadanya maka itu adalah amanah (HR. Abu Dawud)
إِذَا حَدَّثَ الَّرجُلُ بِاْلحَدِيْثِ ثُمَّ اْلتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
“Bilamana seorang membicarakan sesuatu kemudian dia menoleh kepadanya maka itu adalah amanah (HR. Abu Dawud)
Dalam setiap gerakan dakwah, terdapat kerahasiaan dan kehati-hatian.
Dan hal ini harus benar-benar dipahami oleh setiap orang yang berada di
jalan dakwah. Maka setiap ummat muslim, khususnya pengemban dakwah harus
membiasakan untuk menyampaikan informasi yang perlu-perlu saja. Hal-hal
yang tidak perlu menjadi konsumsi publik tidak perlu di-posting. Dan
segala sesuatu yang bersifat rahasia tetap harus dijaga. Karena
kehati-hatian dan kewaspadaan lebih utama daripada terlanjur lalai.
2. Mengabarkan berita baik untuk berbagi kebahagiaan sah-sah saja tapi jangan berlebihan
Allah menyampaikan di dalam al-Qur’an:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (QS adh-Dhuhaa [93]: 11)
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (QS adh-Dhuhaa [93]: 11)
Artinya sah-sah saja seandainya kita mendapatkan nikmat atau
kebahagiaan dari Allah lantas kita menyampaikannya dan menceritakannya
dengan saudara-saudara kita dengan harapan mereka juga akan termotivasi
dan bersyukur pada Allah atas nikmat-nikmat yang juga mereka terima.
Tapi kita harus mengingat, bahwa tidak semua nikmat yang kita rasakan
dan kita dapatkan harus kita ceritakan dan pampang atau kita posting.
Maksudnya adalah kita hanya mem-posting yang perlu-perlu saja. Tidak
semua hal harus kita posting, berusahalah untuk memposting sesuatu yang
akan menginspirasi-memotivasi dan membagikan semangat, jangan terlalu
berlebihan.
وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَّي وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مِجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُوْنَ
“Dan sesungguhnya orang yang paling aku dibenci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah orang yang banyak bicara (HR. Tirmidzi)
“Dan sesungguhnya orang yang paling aku dibenci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah orang yang banyak bicara (HR. Tirmidzi)
3. Menghindari menyebarkan berita yang mengundang mudharat
Yang paling banyak kita temukan dalam posting di dunia maya adalah orang dengan niat yang baik dalam memberikan informasi, namun dia tidak sadar bahwa perbuatannya itu malah mengundang mudharat. Misalnya dengan posting:
Yang paling banyak kita temukan dalam posting di dunia maya adalah orang dengan niat yang baik dalam memberikan informasi, namun dia tidak sadar bahwa perbuatannya itu malah mengundang mudharat. Misalnya dengan posting:
“Teman-teman sekalian, ada situs yang sangat menghina Islam disini:
www.linknya-dipaste-lagi.com, kita harus mengambil langkah terhadap
penghinaan ini!”.
atau yang begini:
“Jaman sekarang ancur banget, ada film yang judulnya –JUDULNYA DISEBUTIN LAGI- yang isinya banyak banget tentang pornografi dan pornoaksi. Ada adegan dewasa euy disitu. Dunia semakin parah deh”
atau yang begini:
“Jaman sekarang ancur banget, ada film yang judulnya –JUDULNYA DISEBUTIN LAGI- yang isinya banyak banget tentang pornografi dan pornoaksi. Ada adegan dewasa euy disitu. Dunia semakin parah deh”
Oklah, mungkin yang nge-pos berniat untuk memberikan informasi, tapi
tanpa sadar informasi yang dia sampaikan malah termasuk menyebarkan
fitnah itu sendiri, dan semakin banyak orang yang akhirnya mengakses
situs tersebut, lalu menyebarkannya kembali dan seterusnya. Apa
hasilnya?. Hasilnya sang pembuat situs tadi senang gembira melihat
jumlah visitornya yang melangit, lengkap dengan cacian yang paling seram
yang bisa dilakukan manusia disitu yang semakin membuatnya punya alasan
untuk membenci Islam dan menyudutkan Islam.
Kita harus ingat bahwa memberitahu seseorang tentang sesuatu yang buruk bukan dengan mencontohkannya.
Masalahnya, banyak orang yang awalnya tidak mengetahui malah jadi
mengetahui dan mengakses situs-situs yang harusnya tidak boleh diakses.
Walaupun mungkin ada manfaat ketika kita menyebarkan informasi semacam
ini, tapi tetap saja menolak mafsadat lebih utama dari mendapat manfaat.
Sesuai kaidah yang berbunyi:
إَنَّ دَفْعَ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
Sesungguhnya, menghindari kerusakan, harus didahulukan dibanding mengambil manfaat.”
Sesungguhnya, menghindari kerusakan, harus didahulukan dibanding mengambil manfaat.”
Jadi, ketika kita menemukan situs penghinaan terhadap Islam,
informasi yang mengundang mudharat atau semacamnya, lebih baik kita
lansgung tutup dan jangan pernah kembali. Tidak perlu membesar-besarkan
dan menyebarkannya. Karena justru itu yang diinginkan pembuatnya. Toh
hal yang semacam ini akan terus ada kapapnpun internet ada.
Kalau anda memiliki kekuasaan ataupun koneksi kepada orang yang bisa
menghentikan, maka cukuplah informasi ini diberikan padanya saja dan
tidak selain dia. Semua ini untuk menjaga agar fitnah tidak tersebar
kemana-mana.
4. Tidak berlebih-lebihan dalam memberikan informasi
Seringkali kita menemukan banyak sekali hamilud dakwah yang justru ‘tebar pesona’ di setiap posting atau informasi yang dia berikan. Membuat postingnya seolah-olah terlihat ‘keren’, atau sesuatu yang diluar atau bukan kapasitasnya agar banyak comment yang mampir dan mengaguminya.
Seringkali kita menemukan banyak sekali hamilud dakwah yang justru ‘tebar pesona’ di setiap posting atau informasi yang dia berikan. Membuat postingnya seolah-olah terlihat ‘keren’, atau sesuatu yang diluar atau bukan kapasitasnya agar banyak comment yang mampir dan mengaguminya.
إن من أحبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة أحاسنكم أخلاقا , وإن
أبغضكم إلي وأبعدكم مني مجلسا يوم القيامة الثرثارون والمتشدقون
والمتفيهقون
Diantara orang yang aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah orang yang baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah ats-Tsartsarun (orang yang memaksakan diri untuk memperbanyak perkataan), al-Mutasyaddiqun (orang yang bicaranya kesana-kemari tanpa kehati-hatian) dan al-Mutafayqihun (orang yang sengaja memperluas cakupan pembicaraan dan membuka mulut mereka dalam pembicaraan tersebut serta memfasih-fasihkan/membagus-baguskan bahasanya dalam pembicaraan). (Muttafaq‘alaih)
Diantara orang yang aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah orang yang baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah ats-Tsartsarun (orang yang memaksakan diri untuk memperbanyak perkataan), al-Mutasyaddiqun (orang yang bicaranya kesana-kemari tanpa kehati-hatian) dan al-Mutafayqihun (orang yang sengaja memperluas cakupan pembicaraan dan membuka mulut mereka dalam pembicaraan tersebut serta memfasih-fasihkan/membagus-baguskan bahasanya dalam pembicaraan). (Muttafaq‘alaih)
Maka usahakan dalam setiap posting dan informasi yang kita berikan
kita selalu berserah kepada Allah. Sama sekali tidak membuat-buat, atau
membesar-besarkan perkataan, atau membuat sesuatu yang dibagus-baguskan.
Kalaupun kita ingin memposting sesuatu yang menyemangati dan
memprovokasi semangat, maka lakukan dengan hati-hati.
5. Tidak bersikap lemah, membuka aib diri sendiri ataupun orang lain dalam menyampaikan informasi
Saya rasa tulisan menyangkut masalah ini sudah banyak dibuat, begitu banyak tulisan yang bernada lebay, melo (melankolis) yang tidak seharusnya ditampilkan di posting. Ataupun posting yang membuka aib pribadi dan hal-hal privat yang harusnya tidak ada di ruang publik. Sehingga hal itu bisa mengundang fitnah kepadanya.
Saya rasa tulisan menyangkut masalah ini sudah banyak dibuat, begitu banyak tulisan yang bernada lebay, melo (melankolis) yang tidak seharusnya ditampilkan di posting. Ataupun posting yang membuka aib pribadi dan hal-hal privat yang harusnya tidak ada di ruang publik. Sehingga hal itu bisa mengundang fitnah kepadanya.
“sedang menunggu bidadari…”, “Malem jum’at enaknya ngapain ya?”, “aku
menanti kedatangan dirinya..”, “siapakah dia yang selama ini aku
rindukan..”, “aku tak mengerti siapakah aku saat ini”, “sedang mencoba
merengkuh bulan”, “Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu
sudah sayang ama aku selama ini.. Mamah”, “Sudahlah…”, “Terimakasih
Cinta….”, “Semua telah berakhir…” (terus terang saya suka ngakak lalu
nangis kalo baca posting/status yang beginian)
Sedangkan Rasul telah memperingatkan kita untuk menjauhi fitnah:
إن السعيد لمن جنب الفتن
Sesungguhnya kebahagiaan bagi siapa saja yang menjauhi fitnah (HR. Abu Dawud)
Sesungguhnya kebahagiaan bagi siapa saja yang menjauhi fitnah (HR. Abu Dawud)
Walhasil, atas semuanya itu kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
posisi kita sebagai hamilud dakwha telah membawa kita pada suatu
kedudukan dan tanggung jawab yang lebih besar dan berat dibandingkan
yang belum berkomitmen dalam dakwah. Setiap kata-kata, posting,
informasi yang kita keluarkan akan diawasi dan dimonitor oleh semua
pihak, baik yang suka ataupun yang tidak suka. Karena itu lebih
berhati-hatilah dalam memilih informasi mana yang akan kita bagikan.
Dakwah memang sulit dan sudah sulit, jangan dibuat lebih sulit lagi.
Refreshing boleh, bercanda boleh, asal jangan berlebihan dalam
memanfaatkan dunia maya. Gunakan dunia maya sebagai wasilah untuk
memperluas jangkauan dakwah. Bagikan semangat Anda pada yang lain dengan
kontribusi apapun. Insya Allah semua yang kita lakukan di dunia maya
termasuk kebaikan yang akan dicatat oleh Allah.
Wallahu a’lam bi ash-shawab
Akhukum Fillah,
Felix Siauw
follow @felixsiauw
Felix Siauw
follow @felixsiauw
link: http://felixsiauw.com/home/etika-dakwah-dunia-maya-2-etika-posting-dan-bersikap/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar